tumkongreler.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di 6.799,79 atau menguat 0,35% secara harian pada penutupan perdagangan Kamis (9/3/2023).
Sebanyak 254 saham menguat, sebanyak 253 saham menurun dan 225 lainnya stagnan alias tidak berubah. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp8,55 triliun dengan melibatkan 18 miliar saham.
Pada Kamis IHSG secara eksklusif diperdagangkan di wilayah positif dan menyentuh level tertinggi di 6.824,66 serta melanjutkan tren penguatan perdagangan kemarin.
Baca : RI Demam Baterai Listrik, Raksasa Nikel Ini Mau IPO Rp 9 T
Aliran dana asing juga kembali masuk, dengan nilai pembelian bersih (net buy) Rp531,99 miliar di pasar reguler.
Walau menguat, dalam lima hari perdagangan, koreksi masih lebar yakni 0,84%. Dengan begitu, IHSG masih menorehkan kinerja negatif mingguan. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 0,74% (year to date/YtD).
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, delapan dari total sektor menguat. Sektor energi menjadi sektor yang paling menguntungkan IHSG menguat 0,69% disusul sektor konsumen primer 0,65%. Sementara sektor konsumen non-primer menjadi yang paling beban melemah 0,60%.
Sentimen IHSG kemarin masih dipengaruhi oleh perkembangan terkini mengenai suku bunga The Fed dan data ekonomi AS.
Wall Street yang mayoritas menguat pada perdagangan kemarin menjadi angin segar bagi penguatan IHSG sore kemarin.
Namun, imbas pidato Powell yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut membuat kegalauan pasar keuangan semakin nyata, yang membuat pasar terpecah antara menginginkan The Fed menurunkan inflasi.
Kendati demikian, rasa khawatir juga muncul penurunan bakal berlebihan sehingga menyebabkan tekanan ekonomi yang terus berlanjut.
Data ekonomi Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan mencatatkan penurunan tipis pada bulan Januari tetapi masih jauh melebihi jumlah pekerja yang tersedia karena gambaran tenaga kerja tetap ketat.
Hal ini membuat pejabat Federal Reserve mengamati laporan JOLTS dengan cermat saat mereka merumuskan kebijakan moneter.
Baca : PLN Dorong Zero Accident Lewat Digitalisasi K3
Kabar dari domestik, dalam pengumuman Kamis (9/3), Bank Indonesia (BI) memperkirakan kinerja penjualan eceran secara tahunan diprakirakan meningkat pada Februari 2023.
Hal tersebut tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Februari 2023 sebesar 205,2, atau tumbuh 2,6% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada pada fase kontraksi.
Hari ini, investor akan merespons pergerakan bursa global, termasuk Wall Street dan bursa Asia, sembari menunggu rilis data makro negara utama.
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan Fibonacci Retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
IHSG ditutup dengan candle hijau sekaligus mengonfirmasi pola pembalikan (reversal) berupa candle hammer yang terbentuk pada Rabu.
Karena itu, untuk sementara, IHSG mencoba mematahkan tren bearish jangka pendek. Namun, penurunan menjelang penutupan kemarin membuat indeks sedikit tertahan di bawah level psikologis 6.800, tepatnya di 6.799,79.
Artinya, IHSG akan menguji kembali level psikologis 6.800 sebelum menatap level resistance berikutnya di 6.871 (area Fibonacci 38,2%).
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI ditutup naik ke 43,63.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di bawah garis sinyal. Sedangkan, histogram MACD masih membentuk bar negatif.
Sejauh IHSG mampu bertahan di support berupa level psikologis 6.800, IHSG berpotensi menguat hari ini dengan resistance terdekat di 6.871.