tumkongreler.com – Kebangkrutan massal tengah melanda Uni Eropa (UE) dan telah mencapai rekor tertingginya. Hal tersebut menambah penderitaan blok tersebut yang masih bergulat dengan inflasi.
Berdasarkan laporan yang dirilis Eurostat, kantor statistik resmi UE, pada akhir pekan lalu, kebangkrutan pada kuartal terakhir 2022 naik 26,8% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Data terbaru menyiratkan bahwa kebangkrutan dalam blok tersebut meningkat di keempat kuartal 2022, dan sekarang berada pada level tertinggi sejak Eurostat mulai mengumpulkan catatan kebangkrutan pada 2015.
Dilansir dari The Brussels Times yang mengutip laporan tersebut, semua sektor ekonomi mencatat kenaikan kebangkrutan. Peningkatan terbesar tercatat di sektor transportasi dan pergudangan (72,2%), diikuti oleh layanan akomodasi dan makanan (39,4%), dan kegiatan pendidikan, kesehatan, dan sosial (29,5%).
Baca : Perang Rusia-Ukraina Disebut Berdampak ke Bali, Ada Apa?
Secara khusus, dibandingkan dengan kuartal IV-2019 – kuartal terakhir sebelum pembatasan pandemi Covid-19 berlaku – kebangkrutan di sektor akomodasi dan layanan makanan meningkat sebesar 97,7%, sementara industri transportasi dan penyimpanan mencatatkan pertumbuhan yang sama signifikannya, yakni 85,7%.
Meskipun Eurostat sendiri tidak menunjukkan alasan apa pun atas lonjakan kebangkrutan, pemeriksaan data yang tersedia sangat menunjukkan bahwa hal itu dipicu oleh perang Rusia-Ukraina.
Hal ini, pada gilirannya, memicu serangkaian sanksi UE terhadap industri dan pasokan energi Rusia, yang menyebabkan Moskow membalas dengan membatasi pasokan energinya ke Eropa. Alhasil, harga energi naik gila-gilaan.
Peningkatan kebangkrutan terutama terlihat di Belgia. Menurut firma analisis pasar GraydonCreditsafe, kebangkrutan di seluruh Belgia naik dari 1 dalam 217 bisnis pada 2021 menjadi 1 dalam 151 tahun lalu atau melonjak 44%.
Tingkat kebangkrutan terutama meningkat di Brussel, di mana 1 dari 101 menyatakan diri bangkrut pada 2022. Di Flanders, tingkat kebangkrutan adalah 1 dari 158, sedangkan di Wallonia adalah 1 dari 176.
Analisis GraydonCreditsafe dikuatkan oleh hasil jajak pendapat baru-baru ini, yang menemukan bahwa tiga perempat peritel independen Belgia mengkhawatirkan kebangkrutan dalam beberapa bulan mendatang.
Pemilik toko menghubungkan kesulitan keuangan mereka dengan beberapa faktor, termasuk melonjaknya tagihan energi, indeksasi upah yang diamanatkan pemerintah, dan inflasi umum.
Baca : Banjir Motor Listrik, RI Bisa Hemat Rp 750 Miliar/Hari!
Survei tersebut juga menemukan bahwa sebagian besar toko telah menggunakan langkah-langkah penghematan biaya agar tetap mampu membayar tagihan energi mereka, termasuk mengurangi pemanasan dan mematikan pencahayaan luar ruangan.