tumkongreler.com – Salah satu emiten di sektor batu bara yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi rebutan para konglomerat. Perusahaan yang telah berdiri sejak 26 Juni 1973 ini memiliki area operasional yang tersebar luas mulai dari Sumatera Utara (Dairi Prima Mineral), Sumatera Selatan (Pendopo Energi Batubara), Sulawesi (Gorontalo Minerals & Citra Palu Minerals), Kalimantan Timur (Kaltim Prima Coal), Kalimantan Selatan (Arutmin Indonesia), dan Republik Yaman (Gallo Oil).
Meskipun harga saham BUMI kembali turun setelah harga batu bara global turun efek dari pelemahan permintaan. Namun saham ini masih menjadi saham idaman para konglomerat Indonesia.
Baca : Unit Link Generali Boncos 31,7% Karena Beli Saham-Saham Ini
Selain Salim, ada konglomerat lainnya yang memiliki kepemilikan cukup besar di saham BUMI. Putra dari pendiri Grup Sinar Mas yakni Franky Oesman Widjaja memegang saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Franky Widjaja menjadi pemegang saham terbesar BUMI urutan ke 11 dengan menguasai 1,64 miliar saham atau setara 0,44% pada tahun 2022. Franky Widjaja menguasai saham BUMI lewat PT BCA Sekuritas. Jumlah aset sahamnya di BUMI bernilai sekitar Rp264 miliar pada tahun 2022.
Franky Widjaja pun menjadi investor ritel kedua terbesar di BUMI, setelah Bambang Sihono. Bambang memegang saham BUMI melalui PT Samuel Sekuritas Indonesia sebanyak 3,57 miliar saham (0,96%) dan PT RHB Sekuritas Indonesia 2,32 miliar (0,63%).
Saham BUMI pada akhir 2022 berada di posisi Rp161 per saham. Oleh karena itu, aset Franky Wijaya di saham BUMI setidaknya berkisar Rp264,04 miliar.
Namun urutan ke lima besar pemegang saham BUMI hingga 2 Mei 2023 masih dipegang oleh Mach Energy (Hongkong) Limite dengan total saham 170 miliar lembar saham atau setara kepemilikan 45,78%, HSBC-FUND SVS A/C Chengdong Investment Corp-Self 39,65 miliar lembar saham atau setara 10,68%, Treasure Global Investment Limited 30 miliar lembar saham atau setara 8,08%, NBS CLIENTS sebesar 14,79 miliar lembar saham atau setara 3,98%, UBS SWITZERLAND AG-CLIENT ASSETS -2049584001 sebanyak 9,80 miliar atau setara 2,64%, dan lainnya sebanyak 107,07 miliar lembar saham atau setara 28,84%.
Pada hasil kuartal I 2023 PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil mencatat kenaikan kinerja keuangan.
Emiten pertambangan batubara ini membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 60,2 juta, naik 39,3% dari laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 43,3 juta.
Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan kenaikan pendapatan. Sepanjang kuartal pertama 2023, BUMI mencetak pendapatan US$ 454,9 juta, atau meningkat sebesar 30,0% dari realisasi pendapatan di kuartal pertama 2022 yang hanya US$ 349,9 juta.
Namun berdasarkan laporan laba rugi dengan PSAK66 pendapatan BUMI tidak bisa mengkonsolidasikan Kaltim Prima Coal (KPC), tetapi hanya bisa menjadi ekuitas yang dipertanggungjawabkan 51% yang dimiliki oleh BUMI.
BUMI juga menyajikan laporan keuangan dengan memasukkan KPC untuk kepentingan investor, agar menjadi perbandingan sepadan dengan perusahaan batubara lainnya.
Hasilnya, BUMI membukukan pendapatan US$ 1,64 miliar, naik 19% dari pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 1,37 miliar.