tumkongreler.com- Berkshire Hathaway, perusahaan investasi milik Warren Buffet membukukan kerugian sebesar US$ 22,82 miliar atau setara dengan Rp 342,3 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$) untuk tahun 2022. Kerugian tersebut disebabkan oleh kinerja pasar modal AS yang terjun bebas tahun lalu dengan kerugian dalam investasi dan kontrak derivatif Berkshire tercatat mencapai US$ 67,9 miliar (Rp 1.018 triliun). Sebelumnya pada tahun 2021 ketika kinerja saham melonjak, Berkshire membukukan keuntungan investasi sebesar US$ 90,8 miliar (Rp 1.362 triliun).
Meski demikian, Warren Buffett mempertahankan rasa optimismenya dalam surat tahunannya kepada investor pada hari Sabtu (25/2), dengan mengatakan bahwa dia terus percaya pada ketangguhan ekonomi AS.
“Saya telah berinvestasi selama 80 tahun-lebih dari sepertiga umur [AS]. Terlepas dari kegemaran warga [AS] – hampir antusias – untuk mengkritik dan meragukan diri sendiri, saya belum melihat adanya waktu yang masuk akal untuk membuat taruhan jangka panjang melawan Amerika,” kata Buffett dalam surat itu.
Baca : Peneliti Singapura Bongkar Mitos Babi Ngepet RI, Jangan Syok!
Warren Buffett, yang secara luas dianggap sebagai salah satu investor top dunia, telah menerbitkan surat-surat tersebut selama lebih dari setengah abad. Selama itu, dia tidak hanya merefleksikan kinerja perusahaan tahun sebelumnya, tetapi juga membagikan pemikirannya tentang segala hal mulai dari aturan akuntansi hingga keengganannya untuk mengambil risiko yang berlebihan.
Surat terbaru kepada investor memberi pembaca gambaran sekilas tentang bagaimana Warren Buffett yang kini berusia 92 tahun, melihat gejolak pasar. Portofolionya terpukul, dengan Berkshire membukukan kerugian untuk tahun 2022 sebagian besar karena kerugian investasi.
Meski mengalami kerugian, laba operasional Berkshire – yang mengecualikan beberapa hasil investasi – naik ke rekor US$ 30,8 miliar (Rp 462 triliun). Untuk kuartal keempat, pendapatan operasional turun 8% menjadi US$ 6,7 miliar, terbebani oleh laba yang lebih rendah di bisnis kereta api.
Warren Buffet telah lama berpendapat bahwa laba operasi adalah cerminan yang lebih baik tentang kinerja Berkshire, karena aturan akuntansi mengharuskan perusahaan untuk memasukkan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi (unrealize) dari portofolio investasi ke dalam pengakuan laba bersihnya. Pasar yang bergejolak dapat membuat pendapatan bersih Berkshire berubah secara substansial dari kuartal ke kuartal, terlepas dari bagaimana kinerja bisnis utamanya.
“Keuntungan investasi, tentu saja, sangat penting bagi Berkshire selama beberapa dekade terakhir, dan kami berharap hal itu akan sangat positif dalam beberapa dekade mendatang,” kata Buffett dalam suratnya. “Tapi perputaran kuartal demi kuartal, yang secara reguler diwartakan oleh media, benar-benar memberi informasi yang salah kepada investor,” katanya, menambahkan bahwa dia dan Charlie Munger mendesak pemegang saham untuk lebih fokus pada pendapatan operasional Berkshire.
Pada akhir tahun 2022, Berkshire adalah pemegang saham terbesar dari delapan perusahaan-American Express Co., Bank of America Corp., Chevron Corp., Coca-Cola Co., HP Inc., Moody’s Corp., Occidental Petroleum dan Paramount Global.