tumkongreler.com – Sempat memerah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah dan berakhir di 6.786,95 atau apresiasi 0,32% secara harian pada penutupan perdagangan Senin (13/3/2023).
Sebanyak 367 saham turun, sebanyak 179 saham naik dan 201 lainnya stagnan alias tidak berubah. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 8,9 triliun dengan melibatkan 17,2 miliar saham.
Baca : Bank AS Kolaps, OJK Buka Suara Terkait Dampak ke Perbankan RI
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv, enam dari total sektor menguat dengan sektor energi memimpin penguatan sebesar 3,1%.
Kemarin, IHSG bergerak fluktuatif di zona merah dan hijau serta sempat menyentuh level terendah harian yaitu 6.727,44 di awal sesi I.
Koreksi IHSG di awal transaksi terjadi akibat dampak lesunya saham-saham perbankan global, setelah adanya krisis yang menimpa Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS).
Kolapsnya SVB membuat pelaku pasar kembali mengingat krisis yang terjadi pada 2008-2009, karena hal tersebut dapat terulang kembali pada tahun ini.
Namun IHSG berhasil bangkit melihat adanya kecenderungan bahwa perbankan di RI masih cukup kuat untuk menahan sentimen negatif karena didukung oleh kinerjanya yang cenderung positif. Sektor finansial sendiri pada perdagangan hari ini menguat 0,09%.
Apalagi, regulator AS menegaskan, dana para nasabah (deposan) SVB, termasuk bank yang juga baru bangkrut Signature Bank, aman dan mereka akan mendapatkan duit mereka lagi.
Selain karena krisis yang terjadi di SVB, investor yang masih cenderung wait and see juga menjadi penyebab saham-saham bank di RI cenderung lesu.
Investor menanti hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan diumumkan pada Kamis pekan ini. Adapun RDG BI tersebut akan dilaksanakan mulai Rabu hingga Kamis pekan ini. BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%.
Hari ini, investor akan merespons kabar terkait rapat darurat bank sentral AS The Fed pada Senin malam waktu Indonesia.
Diketahui, dalam rapat tertutup tersebut The Fed dijadwalkan akan mendiskusikan terkait discount rate dan advance rate yang akan dibebankan oleh bank sentral ke bank komersial. Namun, rontoknya SVB, termasuk Signature Bank, tampaknya akan menjadi bahasan para gubernur The Fed.
Selain itu, pada Selasa malam, investor juga menanti rilis data ekonomi penting di global, terutama di AS. Adapun data ekonomi penting dari AS yang akan dirilis pada pekan ini yakni data inflasi periode Februari 2023.
Baca : Permintaan Lesu, Harga Batu Bara Nyaris Tidak Bergerak
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) dan menggunakan Fibonacci Retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Kemarin, IHSG sempat kembali ke level psikologis 6.800, tepatnya 6.812, sebelumnya akhirnya ditutup di 6.786. Ini artinya, level 6.800 masih menjadi resistance terdekat untuk indeks dalam jangka pendek.
Selain itu, IHSG masih berada di bawah trendline (garis putus-putus pendek) yang ditarik dari 8 Februari 2023 sampai 13 Maret 2023. Ini menandakan IHSG masih dalam tren menurun.
Walaupun, IHSG mencoba membentuk support baru selama 7 Maret 2023 sampai 13 Maret, dengan cenderung ditutup memantul dan tertahan di atas area Fibonacci level 23,6% (6.751,61).
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI naik ke 43,11, terbilang netral.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di bawah garis sinyal. Sedangkan, histogram MACD masih membentuk bar negatif.
Hari ini, IHSG berpeluang kembali bergerak mixed dan terkoreksi wajar dengan level support terdekat di 6.751. Adapun resistance terdekat ada di level psikologis 6.800.