tumkongreler.com – Militer Turki melancarkan serangan ke wilayah Irak Utara pada Rabu, (20/7/2022). Serangan itu di lakukan tatkala Ankara sedang bersitegang dengan kelompok Pemberontak Kurdi yang berada di wilayah itu.
Mengutip New York Times, serangan Turki itu di lakukan sebanyak empat kali di wilayah Parakh, sebuah desa di Provinsi Dohuk, di wilayah semi-otonom Kurdi dekat perbatasan Turki. Dalam serangan ini, setidaknya 8 orang tewas dan 23 lainnya terluka.
Irak pun mengecam aksi Turki ini. Baghdad mengatakan Turki telah melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan dan juga keamanan warganya.
“Satu lagi, Pasukan Turki melakukan pelanggaran eksplisit dan terang-terangan terhadap kedaulatan Irak dan kehidupan serta keamanan warga Irak,” kata Perdana Menteri (PM) Irak, Mustafa al-Kadhimi, dalam sebuah pernyataan yang di unggah ke Twitter beberapa jam setelah serangan itu.
“Serangan brutal ini menggarisbawahi fakta bahwa Turki mengabaikan tuntutan Irak yang terus menerus untuk menahan diri dari pelanggaran militer terhadap wilayah Irak dan kehidupan rakyatnya,” katanya.
Al-Kadhimi mengatakan Irak memiliki “hak penuh untuk merespons” dan akan meminta pertanggungjawaban “agresor”.
Di sisi lain, Ankara pun ikut buka suara terkait serangan ini. Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan serangan itu justru kemungkinan di lakukan pemberontak Kurdi karena pihaknya tidak akan menargetkan warga sipil.
Baca Juga: Turki Disebut Akan Keluar Dari NATO, Ada Apa Erdogan?
“Serangan yang semacam itu, yang di tujukan pada warga sipil tak berdosa dan di nilai di organisir oleh organisasi teroris, menargetkan sikap negara kita yang adil dan teguh dalam perang melawan terorisme,” ujarnya kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
“Turki siap mengambil semua langkah untuk mengungkap kebenaran.”
Pemberontak Kurdi sendiri merupakan musuh dari rezim pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Pasalnya, kelompok pemberontak ini ingin memisahkan beberapa wilayah Turki yang dekat dengan Iraq menjadi sebuah negara baru. Negeri Ottoman itu juga bahkan melabeli pemberontak Kurdi sebagai Teroris.
Meski begitu, kelompok pemberontak Kurdi di ketahui juga mendapatkan sokongan dari negara-negara Barat. Salah satunya adalah Finlandia dan Swedia. Hal ini membuat Turki menentang pengajuan dua negara itu untuk menjadi anggota aliansi pertahanan NATO.
Bahkan, dalam pernyataan terbaru, Erdogan menyebut pasukan Amerika Serikat (AS) yang berada di Suriah Timur juga ikut membantu kelompok ini. Ia pun meminta Washington untuk segera menarik pasukannya dari wilayah itu.