tumkongreler.com- Rupiah sejak pekan lalu berfluktuasi di kisaran Rp 15.150/US$ – Rp 15.200/US$. Tekanan datang dari Amerika Serikat (AS), di mana The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga tiga kali lagi tahun ini.
Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga lagi selama tidak ada kejadian luar biasa.
BI di bawah pimpinan Gubernur Perry Warjiyo total menaikkan suku bunga sebesar 225 basis poin sejak Agustus tahun lalu. Selain itu, berbagai kebijakan yang diambil mampu membuat rupiah lebih stabil mulai dalam tren penguatan.
Baca : Biden Balas Pidato Putin, Beri Peringatan Keras kepada Rusia
Kabar terbaru, Perry kembali dipilih sebagai Gubernur BI, melanjutkan kepemimpinannya di periode kedua.
Mengutip Reuters, Presiden Joko Widodo masukan nama Perry Warjiyo untuk melakukan fit and proper test di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Adapun, sumber Reuters mengatakan bahwa tidak ada kandidat lain yang akan dinominasikan.
Kemarin, Presiden Joko Widodo telah menyatakan bahwa istana akan segera mengirimkan nama ke DPR pada minggu ini.
“Kita putuskan hari ini atau besok. Nama-nama sudah masuk,” kata Jokowi usai mengecek normalisasi Kali Ciliwung, Selasa (21/2/2023).
Jelang pemilihan Gubernur BI, sebenarnya banyak nama yang digadang-gadang masuk daftar. Mereka antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua LPS Purbaya Sadewa dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, atau akrab dipanggil Tiko.
Terpilihanya Perry berarti arah kebijakan BI lebih terbaca oleh pasar, sehingga kemungkinan tidak akan memberikan dampak yang signifikan ke rupiah.
Secara teknikal, rupiah masih jauh di atas Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga bergerak di atas rerata pergerakan 200 hari (moving average 200/MA 200), yang memberikan tekanan lebih besar.
Indikator Stochastic pada grafik harian kini berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Dengan stochastic berada di wilayah overbought, ruang penguatan rupiah tentunya lebih besar.
Support berada di kisaran Rp 15.150/US$ – Rp 15.130/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat lebih jauh menuju level kunci psikologis Rp15.090/US$. Rupiah harus menembus konsisten ke bawah level tersebut untuk menguat lebih jauh di pekan ini.
Sementara resisten di Rp 15.200/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke kisaran Rp 15.250/US$ hingga Rp 15.280/US$.