tumkongreler.com – Hubungan Jepang dan China memanas pasca-Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-49 Kelompok Tujuh (G7). Meski begitu, perwakilan masing-masing negara tetap berencana melakukan pertemuan.
Mengutip sumber tanpa nama, kantor berita Kyodo pada Senin (22/5/2023) melaporkan Beijing dan Tokyo telah membuat pengaturan untuk mengadakan pertemuan antara menteri pertahanan di sela-sela konferensi internasional di Singapura pada Juni mendatang.
Laporan itu muncul setelah deklarasi G7 yang dikeluarkan pada Sabtu (20/5/2023) lalu menekankan soal China dalam isu-isu termasuk Taiwan, senjata nuklir, pemaksaan ekonomi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Mereka juga menggarisbawahi ketegangan antara Beijing dan kelompok negara-negara kaya termasuk Amerika Serikat (AS).
Baca : 6 CEO Asuransi Ini Kantongi Rp 1,83 T Tahun Lalu, Siapa Saja?
Surat kabar pemerintah China, Global Times, bahkan menyebut pertemuan G7 sebagai lokakarya anti-China. Julukan ini muncul sehari setelah Beijing memanggil utusan Jepang dan memarahi Inggris karena pernyataan pada pertemuan tersebut.
Kementerian luar negeri Beijing mengatakan dengan tegas menentang pernyataan G7 dan Minggu malam mengatakan telah memanggil duta besar Jepang untuk China sebagai protes tajam kepada tuan rumah KTT.
Rusia, sekutu dekat China yang juga disebut dalam pernyataan G7 atas perangnya di Ukraina, mengatakan KTT itu adalah ‘inkubator’ anti-Rusia dan anti-China.
Baca : Lagi Cari Kerja? Cek Profesi dengan Gaji Paling Tinggi di RI
Secara terpisah, Kedutaan Besar China di Inggris mendesak London untuk berhenti memfitnah China.
Desakan muncul setelah Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan Beijing merupakan tantangan terbesar dunia untuk keamanan dan kemakmuran.
Komunike para pemimpin utama G7 menyebutkan China 20 kali, terbanyak dalam beberapa tahun terakhir, dan naik dari 14 penyebutan pada tahun 2022.