tumkongreler.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif membeberkan bahwa progres pembangunan smelter atau fasilitas pemurnian dan pengolahan tembaga milik PT Freeport Indonesia (PTFI) sudah menunjukkan progres yang cepat, yakni sebesar 61,5% per Maret 2023.
Pabrik pengolahan tembaga tersebut berlokasi di Kawasan Industri JIIPE, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Smelter terbaru milik Freeport ini digembar-gemborkan akan menjadi smelter tembaga single line atau satu jalur terbesar di dunia.
Progres pembangunan smelter tersebut disebutkan Arifin saat kunjungannya ke smelter Freeport tersebut hari ini, Kamis (4/5/2023). Proyek ini bahkan sudah menelan dana hingga US$ 1,95 miliar atau setara Rp 28,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.690 per US$).
Baca : Bukan Ukraina, Rusia Ungkap Biang Kerok Drone Istana Putin
“Terakhir Maret (progres) 61%,” ucapnya di Area B Smelter Freeport, Gresik, Jawa Timur, Kamis (4/5/2023).
Arifin mengatakan bahwa target perkembangan pembangunan smelter pada bulan April 2023 akan mencapai 66%. Hal tersebut berkaitan dengan ucapannya yang mendorong agar pembangunan smelter terbaru milik Freeport bisa dipercepat hingga 4% per bulannya.
“Kemudian April diperkirakan 65% hingga 66%. Dalam proyek ini berupaya keras untuk bisa mendapatkan kecepatan 4% per bulan,” jelasnya.
Selain itu, Arifin juga menyebutkan, pembangunan smelter tersebut ditargetkan bisa selesai pada Mei 2024. Hal ini tentu berkenaan dengan izin ekspor konsentrat tembaga yang diberikan sampai dengan Mei 2024 mendatang.
Adapun, Arifin mengatakan hal ini juga merupakan tantangan yang dihadapi oleh Freeport untuk bisa mengakselerasi proyek pembangunan smelter tersebut sehingga bisa dipercepat di tahun 2024.
Baca : Rahasia Tokopedia Pikat Investor Pertama, Ternyata Kaos Ini!
“Kita memang minta supaya bisa diselesaikan di bulan Mei 2024, jadi dari Freeport Indonesia, Pak Tony, menjadi tantangan buat Freeport. Freeport melakukan adjustment supaya bisa accelerate proyek (selesai) 2024,” tandasnya.
Seperti diketahui, smelter tembaga milik PT Freeport Indonesia ini tercatat sudah berprogres 61,5% per akhir Maret 2023. Dalam pembangunannya, PTFI juga sudah mengerahkan biaya sebanyak US$ 1,95 miliar atau setara dengan Rp 28,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.603 per US$).
Lebih rinci, progres yang telah berjalan pada pembangunan smelter tembaga tersebut diantaranya pembangunan tiang pancang selesai 100%, konsentrat beton 60%, instalasi struktur baja 28%, instalasi baja di area tangki 15%, dan pembangunan pelabuhan sudah 98%.
Smelter yang digadang-gadang sebagai smelter single line atau satu jalur terbesar di dunia ini diklaim mampu menyerap konsentrat tembaga sebanyak 1,7 juta ton per tahun. Nantinya, produk katoda tembaga yang dihasilkan bisa mencapai 600 ribu ton per tahun.
Serapan tenaga kerja di smelter anyar tersebut sebanyak 150 ribu pekerja, yang mana sebanyak 98% merupakan tenaga kerja Indonesia diantaranya pekerja lokal sebesar 50%.
Selain menghasilkan produk katoda tembaga, smelter ini nantinya akan menghasilkan produk sampingan diantaranya produk yang terkandung dalam lumpur anoda yakni emas dan perak murni sebanyak 6 ribu ton per tahun.
Adapun, produk sampingan lainnya yaitu asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum sebanyak 150 ribu ton per tahun.
Di lain sisi, nyatanya pembangunan smelter tembaga ini memiliki sejumlah kesulitan yang dihadapi. Salah satu tantangan terbesar progres pembangunan smelter tersebut adalah saat pandemi Covid-19 menghantam dunia sejak akhir 2019 lalu.