tumkongreler.com-Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa dunia sekarang berada di bawah ancaman kepunahan lagi. Hal ini meyebabkan rusaknya kondisi alam akibat ulah manusia. Pada pertemuan COP15 di Montreal, Kanada, para ilmuwan mengatakan bahwa perubahan iklim akibat ulah manusia, seperti perubahan penggunaan lahan dan polusi, merupakan perubahan tercepat di dunia. Ini menyulitkan spesies untuk bereproduksi dan bertahan hidup. Membuka pertemuan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa sejuta spesies kini masuk ke mulut.
Baca:Sangar Putin! 1,5 Juta Orang Kena Malapetaka Gelap Gulita
“Di seluruh dunia, selama ratusan tahun, kita berada dalam kekacauan, bermain dengan instrumen kehancuran,” katanya kepada BBC News, Minggu (12/11/2022).
Para ahli mengatakan dunia kehilangan spesies lebih cepat daripada evolusi yang menciptakannya. Beberapa poin akan terjadi kembali tentang penghapusan baru, yang juga akan melibatkan pengorbanan manusia. Sedikit catatan menunjukkan bahwa kita telah kehilangan kurang dari 1% spesies kita dalam 500 tahun terakhir. Tetapi banyak ilmuwan percaya bahwa jumlahnya bisa jauh lebih tinggi, karena spesies paling terkenal dideskripsikan pada pertengahan 1800-an. “Kita mengubah arah evolusi. Bahkan jika kita tidak berada dalam peristiwa kepunahan massal, yang kita lakukan adalah menghancurkan proses yang memungkinkan kita untuk hidup,” kata Dr Gerardo Ceballos, ahli biologi dan Universitas UNAM di Mexico City.
Pada 2015, para ilmuwan mempelajari koleksi museum, arsip, dan laporan ahli tentang 200 spesies siput darat yang terkenal. Mereka menemukan bahwa sebagian besar dari mereka tidak ditemukan di alam liar karena disimpan sebagai spesies yang terancam punah, dan sepersepuluhnya dapat punah. Diambil sebagai tanda tren yang lebih besar, para peneliti memperkirakan bahwa Bumi telah kehilangan antara 7,5 dan 13 persen dari semua spesies yang diketahui.
“Ada tanda-tanda di luar sana akan kerugian besar yang tidak mewakili data saat ini,” kata Dr Alexander Lees, seorang ahli biologi di Manchester Metropolitan University yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. Saat para pemimpin COP15 mencoba menetapkan tujuan untuk konservasi alam selama dekade berikutnya, para pencinta lingkungan berharap dunia berkomitmen untuk melindungi 30% daratan dan lautannya pada tahun 2030.
Beberapa akademisi mengatakan masih ada harapan bagi manusia untuk membantu pemulihan satwa liar dan menyelamatkan banyak spesies dari kepunahan jika kita membatasi pemanasan global hingga 1,5C dan melindungi habitat utama.
“Habitat yang dapat menampung jaringan ekologis, bukan hanya spesies individu, tampaknya menjadi cara terbaik untuk membantu pemulihan alam,” kata Profesor David Jablonski, ahli ekologi di University of Chicago. Profesor Stuart Pimm, ahli biologi di Duke University menambahkan, “Ada spesies yang akan musnah jika kita tidak berusaha melindunginya.”
“Kita sudah tahu bahwa praktik konservasi mengurangi jumlah kepunahan. Dengan kata lain, kita punya perasaan.”