tumkongreler.com – Kejutan datang dari perang Rusia-Ukraina. Bos grup Wagner, tentara bayaran Rusia di Ukraina, Yevgeny Prigozhin mendesak pemerintah Presiden Vladimir Putin untuk menghentikan operasi mereka di negeri tetangga sesama bekas Uni Soviet tersebut.
“Untuk otoritas (Rusia) dan untuk masyarakat secara keseluruhan, hari ini perlu untuk mengakhiri operasi militer khusus,” katanya dalam sebuah blog diposting telegram, akhir pekan, dimuat Newsweek, dikutip Senin (14/4/2023).
Baca : Terciduk! Ukraina Temukan Komponen China pada Senjata Rusia
“Pilihan yang ideal adalah mengumumkan akhir dari operasi militer khusus, untuk memberi tahu semua orang bahwa Rusia telah mencapai hasil yang direncanakan,” ujarnya lagi dimuat juga oleh outlet berita Ukraina, Pravda.
Diketahui Putin meluncurkan serangan ke Ukraina sejak Februari 2022. Alih-alih perang, ia menyebut tindakannya ke negeri Presiden Volodymyr Zelensky “operasi militer khusus”.
Di awal, Putin yakin Rusia akan mencapai kemenangan cepat. Namun, Ukraina dibantu militer Barat bertahan hingga saat ini.
Wagner sendiri merupakan perusahaan militer swasta yang berdiri sejak Juli 2016, di Saint Petersburg, Rusia. Terjepitnya posisi Kremlin di Ukraina membuat Wagner terlibat, di mana perusahaan merekrut tahanan Rusia untuk berperang di Ukraina.
Menurut Russia Behind Bars, sebuah organisasi hak asasi manusia nirlaba, lebih dari 50.000 tahanan telah direkrut oleh Grup Wagner selama musim dingin tahun 2022. Maret lalu, mengutip outlet setempat Meduza, ada 5.000 mantan napi dibebaskan dari operasi di Ukraina.
“Kami telah melumpuhkan sejumlah besar tentara Angkatan Bersenjata Ukraina dan dapat melaporkan kepada diri kami sendiri bahwa tugas kami telah selesai,” tulis Prigozhin lagi.
“Secara teoritis, Rusia telah mencapai akhir yang menentukan ini dengan membasmi sebagian besar populasi laki-laki aktif Ukraina dan mengintimidasi bagian lain darinya yang melarikan diri ke Eropa,” tambahnya.
Baca : Kenapa Bocah Ingusan Bisa Bocorkan Dokumen Top Secret AS
Meski demikian Institute for the Study of War, sebuah think-tank yang berbasis di Washington, menilai pesan Prigozhin adalah argumen untuk “terus maju”. Meski menyebut perang harus diakhiri, sebenarnya ia ingin invasi terus dilakukan.
“Prigozhin memiliki retorika dan gaya penulisan yang istimewa yang sangat bergantung pada sarkasme datar, ambiguitas selektif, kata-kata mutiara, vulgar, dan bahasa gaul yang ironis,” jelas laporan ISW.