tumkongreler.com – Aksi para pejabat negara dan keluarganya yang bergaya hidup mewah beberapa hari terakhir, membuat pemerintah mau memperkuat peranan inspektorat jenderal di kementerian atau lembaga.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pun telah bergerak untuk memperkuat Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Menteri PANRB Abdullah Azwar Anas mengatakan, salah satu penguatan inspektorat jenderal itu adalah dengan memperkuat keberadaan auditor di K/L masing-masing. Sambil turut menjalin kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Baca : Prabowo Pesan Pesawat Angkut ‘Atlas’, Nih Kehebatannya
“Tentu akan kita dorong untuk kita perkuat dan ini sedang kita kaji. Salah satunya kita akan dorong rekrutmen tenaga auditor sebagaimana permintaan KPK, nanti akan kita kaji, karena auditor-auditor kita banyak berkurang,” ujar Anas di kantornya, Jakarta, Jumat (10/3/2023).
Kepala BPKP Muhammad Yusuf Ateh mengatakan, penguatan peranan Itjen ini penting karena mulai dari inspektur jenderal, inspektur utama, sampai tingkatan inspektur, merupakan pihak independen di dalam K/L itu sendiri yang paling mengetahui celah risiko kecurangan.
“Menurut kami APIP ini, Irjen, Inspektur Utama harusnya paling tahu permasalahan yang ada di kementerian itu, hal-hal risiko yang penting dan strategis harus kita ketahui,” ujar Ateh.
Kendati begitu, ia mengakui, saat pengalamannya menjadi inspektur di K/L peranan mereka dianggap sebelah mata oleh jajaran eselon I, II, dan III. Sehingga, inspektur harus berani melakukan pengawasan kepada orang-orang yang levelnya di atas mereka.
“Dulu saya pernah kasih surat-surat kalau saya undang ngabahas deputi, ngasih eselon II, asdep ngasih eselon III, eselon III ngasih eselon IV, terakhir yang datang ketemu saya saya ingat kutukupret itu yang masih CPNS,” ungkap Ateh.
“Saya usir saja pak, engggak usah. Dua kali tiga kali kayak gitu saya umumkan saja nilainya semua deputi, marah para deputi waktu itu, ya saya bilang saya senang para deputi marah berarti ada perhatian. Jadi kalau jadi inspektur jadi Irjen harus agak nekat sedikit kalau mau diperhatikan,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, ia menekankan, peranan Itjen harus mengetahui potensi kecurangan atau risiko material sebelum meledak ke publik. Risiko-risiko yang telah dideteksi itu harus langsung disampaikan ke atasan hingga diketahui oleh menteri.
“Informasikan ke pemimpinan ini ada risiko begini-beginiz pemimpin tidak bergerak untuk menyelesaikan itu sudah selesai tamggung jawab kita, tapi kalau kita tidak tahu sama sekali itu secara manajemen kita harus tanggung jawab itu keyakinan saya,” kata Ateh.
Para internal auditor pun menurutnya harus paham tujuan dari organisasi, program utamanya, hingga paham betul bagaimana proses bisnis dalam melaksanakan program-program untuk mencapai tujuan organisasi itu secara benar.
“Kalau sudah ada proses bisnisnya baru kita petakan di mana risikonya. Rawannya di mana, kita tutup lobang-lobang itu. Itu namanya audit berbasis risiko, bisa kita lakukan secara efektif dan efisien dan risiko yang paling kita perhatikan bagaimana melihat kecurangan itu terjadi,” tuturnya.
Baca : KPK: Mayoritas 134 PNS DJP ‘Tajir’ Bukan Eselon & Direktur
Kendati begitu, dia mengakui, di BPKP sendiri potensi kecurangan itu masih bisa terjadi, apalagi yang ditangani adalah mengaudit klaim tagihan ke pemerintah yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah. Padahal tingkatan ditektur gajinya kata dia hanya Rp 29 juta.
Namun, dia memastikan, sebelum permasalahan kecurangan yang harus diawasi para auditor itu meledak hingga seperti yang terjadi di Kementerian Keuangan, BPKP telah mampu mendeteksinya sehingga bisa langsung memecat PNS atau pejabat maupun pegawai lainnya yang terbukti berbuat kecurangan.
“Itu KCIC, Garuda, segala macam itu rawan sekali. Ada satu dua yang mau coba tapi karena pengendalian internalnya kuat pasti ketahuan sama kita. Ada beberapa orang yang kami pecat diam-diam saja kami, alhamdulillah tidak sampai meledak karena setiap orang mengawasi setiap orang, corporate culture sudah kuat,” tegas Ateh.