- Belakangan ini Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali buka suara terkait kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) utang
- Untuk diketahui, berdasarkan data yang terbaru per Januari 2023 utang Amerika Serikat sudah menembus US$ 31 triliun
- Menariknya, China menjadi negara kreditur terbesar kedua Amerika yang kerap dilawan berseteru.
tumkongreler.com – Belakangan ini Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali buka suara terkait kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) utang. Yellen sudah resah akan kemungkinan default sejak akhir tahun lalu, sebab Kongres AS belum menaikkan pagu utang pemerintah.
Mantan ketua bank sentral AS (The Fed) ini bahkan memperingatkan default akan memunculkan apa yang disebut ‘malapetaka ekonomi’ yang bakal membuat suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun berikutnya.
Untuk diketahui, berdasarkan data yang terbaru per Januari 2023 utang Amerika Serikat sudah menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 461 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada tahun lalu angka ini setara dengan 137% dari total PDB nya.
Baca : PM Kanada Trudeau Ungkap ada ‘Kerja Paksa’ di China
Artinya batas utang tersebut sudah dicapai, dan Kementerian Keuangan AS tidak bisa lagi menerbitkan obligasi untuk membiayai belanja.
Dari tahun ke tahun, jumlah utang Negara Adikuasa memang terus meningkat, disebabkan defisit fiskal yang terus membengkak, dan semakin terakselerasi memasuki abad 21. AS juga tercatat sebagai negara dengan utang terbanyak di dunia.
Melihat data terpisah dari Ticdata dan Departemen Keuangan AS, per Januari 2023 dari total tersebut, lebih dari US$ 7 triliun Amerika Serikat berutang kepada asing, salah satu yang terbesar yakni China, yang kerap dilawan berseteru.
Berdasarkan data dari Departemen Keuangan AS, China memiliki surat utang atau obligasi (Treasury) senilai US$ 859,4 miliar pada Januari 2023. China menjadi negara kreditur terbesar kedua Amerika. Berikut pergerakannya surat utang yang dimiliki China satu tahun terakhir.
Secara tren surat utang atau obligasi (Treasury) yang dipegang China mengalami penurunan. Namun angkanya masih begitu besar. Dalam setahun terakhir, hanya mampu turun 16,87% dari senilai US$ 1.033,8 miliar pada Januari 2022.
Di urutan pertama ada Jepang yang memiliki Treasury AS senilai US$ 1,1 triliun. Jepang menjadi pemegang Treasury AS terbesar sejak pertengahan 2019 lalu mengalahkan China.
Pasca perang dagang antara Amerika Serikat dan China berkobar, pemerintah Tiongkok cenderung melepas kepemilikan Treasury, sementara Jepang terus bertambah. Kemudian melengkapi lima besar kreditur AS ada Inggris, Belgia, dan Swiss.
Secara tren surat utang atau obligasi (Treasury) yang dipegang China mengalami penurunan. Namun angkanya masih begitu besar. Dalam setahun terakhir, hanya mampu turun 16,87% dari senilai US$ 1.033,8 miliar pada Januari 2022.
Di urutan pertama ada Jepang yang memiliki Treasury AS senilai US$ 1,1 triliun. Jepang menjadi pemegang Treasury AS terbesar sejak pertengahan 2019 lalu mengalahkan China.
Pasca perang dagang antara Amerika Serikat dan China berkobar, pemerintah Tiongkok cenderung melepas kepemilikan Treasury, sementara Jepang terus bertambah. Kemudian melengkapi lima besar kreditur AS ada Inggris, Belgia, dan Swiss.
Baca : China Vs AS Memanas, RI Pilih Mana? Ini Kata Menteri Jokowi!
Mesir
Mesir memiliki rasio utang terhadap PDB hampir 95%. Perusahaan dana FIM Partners memperkirakan, Mesir memiliki utang senilai US$ 100 miliar untuk dibayar selama lima tahun ke depan, termasuk obligasi senilai $3,3 miliar pada tahun 2024.
Kairo mendevaluasi pound sebesar 15% dan meminta bantuan IMF pada bulan Maret lalu. Tetapi spread obligasi sekarang lebih dari 1.200 bps.
Francesc Balcells, CIO debt EM di FIM Partners, memperkirakan bahwa sekitar setengah dari US$ 100 miliar yang harus dibayar Mesir pada tahun 2027 adalah untuk IMF atau kebutuhan bilateral di kawasan Teluk.
Ghana
Pinjaman yang masif membuat rasio utang terhadap PDB Ghana melonjak hampir 85%. Mata uangnya, cedi, kehilangan hampir seperempat nilainya tahun ini
Ghana sudah menghabiskan lebih dari setengah pendapatan pajak untuk membayar bunga utang. Inflasi di negara tersebut sudah mendekati angka 30%.