tumkongreler.com- Kenaikan harga dan kelangkaan pupuk utamanya jenis NPK sudah terjadi dalam setahun terakhir. Penyebab utamanya adalah karena perang Rusia dan Ukraina. Dampaknya pun meluas hingga ke wilayah Indonesia.
“Pupuk NPK unik, harganya dalam setahun terakhir mahal, semua jenis pupuk lagi mahal, terutama NPK, dan kenapa harga NPK mahal? karena dampak perang Rusia Ukraina, sekitar 30-an persen kebutuhan dari sana,” ungkap SVP Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Indonesia Wijaya Laksana di Kementerian BUMN, Senin (13/3/2023).
Baca : Penerbangan Komersial ‘Hilang’ di 3 Bandara Jerman, Ada Apa?
Produksi pupuk urea Indonesia masih terbilang minim dibandingkan dengan kebutuhannya, yakni hanya mampu memproduksi 3,5 juta ton NPK dari kebutuhan nasional sekitar 8,6 juta ton. Artinya sekitar 74% atau 6,3 juta ton pupuk NPK lainnya harus impor.

Penyebab minimnya produksi pupuk NPK atau Nitrogen Fosfor dan Kalium dalam negeri karena Indonesia kekurangan fosfor serta kalium, sehingga tidak bisa memproduksi sendiri. Sedangkan untuk bahan baku urea yakni nitrogen, RI memiliki sumberdaya yang cukup melimpah.
“Di Indonesia fosfor kalium kecil, jadi gak bisa penuhi kebutuhan nasional. Impornya Fosfor mayoritas negara Timteng, China. Sedangkan Kalium yang jenis pupuknya KCL potasium 30% kebutuhan dunia dari Rusia dan Belarusia. Selama perang 1/3 kebutuhan dunia hilang, otomatis harga gila-gilaanan,” kata Wijaya.
Demi memenuhi kebutuhan Fosfor dan Kalium, Pupuk Indonesia mencari sumber bahan baku lain, caranya menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan dari negara selain Rusia, diantaranya dari Laos, Mesir hingga Kanada.
“KCL impor 800 ribu ton, Fosfor 400 ribu ton dari Timteng seperti Jordania, Mesir. Kebutuhan bahan baku sampai akhir tahun safe relatif aman gak terpengaruh perang itu, hanya harga tinggi,” sebut Wijaya.