tumkongreler.com- Nilai tukar rupiah melawan dolar Amerika Seikat (AS) di awal perdagangan Jumat (10/2/2023). Salah satu sentimen negatif yakni harga batu bara yang jeblok.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 15.100/US$. Depresiasi bertambah menjadi 0,2% ke Rp 15.120/US$ pada pukul 9:05 WIB.
Kamis kemarin harga batu bara acuan di Ice Newcastle Australia kontrak Maret anjlok lebih dari 16% ke US$ 191/ton. Level tersebut menjadi yang terendah sejak awal Februari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina meletus.
Baca:Elon Musk Saja Takut Sama Teknologi ‘Pembunuh Manusia’ Ini
Sepanjang tahun ini baru bara sudah ambrol 50% lebih, tidak hanya IHSG,Indonesia bisa jadi tak lagi menikmati durian runtuh.
Batu bara merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. Kenaikan tajam harganya pada tahun lalu membuat neraca perdagangan mencetak surplus hingga 32 bulan beruntun.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor batu bara yang termasuk dalam bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$ 54,98 miliar sepanjang 2022. Nilai tersebut melesat 67,46% dibandingkan 2021, dan berkontribusi nyaris 20% terhadap total ekspor.
Dengan harga batu bara yang kini ambrol, jika terus berlanjut di tahun ini, nilai ekspor tersebut tentunya tidak akan sebesar tahun lalu. Pemerintah sebelumnya juga sudah memperingatkan akan penurunan windfall pada 2023. Ada risiko transaksi berjalan tidak lagi surplus yang tentunya menjadi sentimen negatif bagi rupiah.
Dari dalam negeri, rilis data penjualan ritel sedikit mengecewakan. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan eceran bulan Desember hanya tumbuh 0,7% year-on-year (yoy), jauh di bawah bulan sebelumnya 1,7% (yoy).
Namun, BI memprediksi penjualan ritel pada bulan Januari akan naik 1,7% (yoy). Hal ini sejalan dengan kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Rabu lalu, BI melaporkan IKK Januari 2023 yang naik menjadi 123, lebih tinggi dari 119,9 pada Desember 2022.
“Menguatnya keyakinan konsumen pada Januari 2023 didorong oleh Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat meningkat pada seluruh komponen pembentuknya, terutama Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha dan Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja,” ungkap Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Rabu (8/2/2023).