tumkongreler.com – Komplotan hacker China yang diberi nama “Volt Typhoon” membuat geger Amerika Serikat. Siapakah mereka? Lalu, secanggih apa hingga pemerintah AS harus menerbitkan peringatan khusus ke sekutunya?
Menurut Reuters, hampir semua pemerintah memiliki barisan hacker untuk berburu intelijen. Negara super power seperti AS dan Rusia bahkan punya “pasukan” sendiri dengan nama beken masing-masing, seperti Equation Group atau Fancy Bear.
Kini, ahli siber mulai cemas barisan hacker tersebut tidak hanya melakukan aksi pengumpulan data tetapi juga menjalankan kegiatan sabotase.
Kecemasan ini yang membuat pemerintah AS langsung merespons tulisan di blog Microsoft soal Volt Typhoon. Microsoft menyatakan Volt Typhoon tengah “mengkaji pengembangan kapabilitas untuk mengganggu infrastruktur komunikasi penting antara Amerika Serikat dan Asia dalam waktu krisis.”
Microsoft menyatakan keyakinan mereka “moderat”, label yang biasanya diberikan kepada teori yang punya kemungkinan terjadi dan dari sumber yang kredibel, tetapi belum terkonfirmasi oleh pihak lain.
Volt Typhoon, menurut ahli dari Dell Technologies, Marc Burnard, saat ini tampaknya lebih fokus dalam aksi pencurian informasi dari “organisasi yang menyimpan data terkait militer dan pemerintah Amerika Serikat.”
Baca : Kejagung Sita Aset Penjahat Pasar Modal Heru Hidayat
Burnard kini menempatkan Volt Typhoon di kategori “siluet perunggu” yaitu kelompok yang beradai di posisi untuk melaksanakan gangguan, tetapi pada umumnya melakukan aksi spionase.
Cisco Systems curiga Volt Typhoon bersiap untuk melakukan sesuatu yang berbahaya. Mereka menolak menyatakan di mana mereka berhadapan langsung dengan grup hacker tersebut.
Hacker yang berhadapan dengan Cisco tampaknya memburu dokumen cara kerja sebuah fasilitas dan tidak punya motif finansial. Para peretas tersebut menargetkan “infrastruktur krusial yang pasti menjadi target jika terjadi konflik.”
Microsoft dan peneliti siber lain menyatakna Volt Typhoon beraksi secara senyap dan menyembunyikan trafik internet mereka melalui perangkat jaringan yang diretas, misalnya router internet rumahan. Kemudian, mereka membersihkan setiap jejak yang bisa ditemukan di komputer.
China sudah berulang kali membantah melakukan aksi peretasan. Namun, peneliti siber di seluruh dunia sudah sekitar 20 tahun mencatat berbagai aksi hacking terkait China. Dalam satu dekade terakhir, peneliti dari negara barat makin cemas karena menemukan kaitan antara hacker dengan unit tertentu di tentara China.