tumkongreler.com – Nigeria meluncurkan serangan udara untuk memberantas kelompok kriminal di negaranya. Serangan di lakukan akhir pekan, di negara bagian barat laut Zamfara.
Jet dilaporkan mengejar bandit yang mencoba melarikan diri dengan sepeda motor. Setidaknya 100 orang tewas termasuk warga sipil.
Negara bagian Zamfara memang dikenal sebagai basis kelompok kriminal. Di mana mereka kerap melakukan serangan dan melakukan penculikan untuk uang tebusan.
“Pasukan yang didukung oleh sebuah pesawat perang melawan ratusan orang bersenjata yang telah menyerang masyarakat pedesaan di distrik Dansadau,” tulis AFP dimuat Kamis (22/12/2022).
“Jet itu membombardir posisi para bandit pengendara sepeda motor, membunuh banyak orang dan memaksa yang lain melarikan diri ke komunitas, tempat mereka bersembunyi di antara penduduk,” tambah media Prancis itu.
Seorang warga juga membenarkan peristiwa itu. Ia mengatakan jet mengejar bandit yang berlari ke wilayah tetangga dan memukul mereka.
“Kami kehilangan total 102 orang dengan puluhan lainnya luka-luka akibat pengeboman yang malang itu,” kata warga Musa Sa’idu.
Baca Juga: Update Baru Perang Rusia: Zelensky Tinggalkan Ukraina ke AS
“Di Mutunji 69 orang tewas, 27 di Malele, dan enam di Dansadau. Banyak orang sekarang di rumah sakit menerima perawatan karena luka serius,” kata penduduk lain Abbakar Sani.
Juru bicara angkatan udara Nigeria menolak berkomentar. Sementara Gubernur Zamfara Bello Matawalle menyatakan simpatinya tapi tanpa memberi angka pasti korban.
Serangan udara menjadi hal lazim di Nigeria, di mana negara itu juga memang tengah berjuang melawan kelompok pemberontakan. Kekerasan terus terjadi selama 13 tahin.
September 2021, serangan udara militer yang diklaim tak sengaja juga membombardir sebuah desa di negara bagian Yobe dan menewaskan setidaknya sembilan orang. Pada Juli 2019, jet tempur melakukan hal yang sama di negara bagian Borno dan menewaskan 13 warga.
Januari 2017, setidaknya 112 orang juga tewas menjadi korban. Ini ketika sebuah jet menghantam sebuah kamp yang menampung orang-orang yang terlantar akibat kekerasan kelompok kontra pemerintah di kota Rann dekat perbatasan dengan Kamerun.
Enam bulan kemudian, militer menyebut kurangnya penandaan sebagai alasan pengeboman tersebut.