tumkongreler.com – China secara diam-diam melobi banyak negara untuk melepas dolar Amerika Serikat (AS) dan menggunakan yuan sebagai mata uang internasional.
China sudah menggandeng Rusia, Brazil, India, Kazakhstan, Pakistan, hingga Laos untuk meninggalkan dolar AS. Mereka sepakat menggunakan mata uang yuan atau mata uang lokal negara masing-masing dalam transaksi perdagangan internasional.
Baca : PIS Gandeng TNI AL Tingkatkan Keamanan Operasional Kapal
Tiongkok juga mendekati banyak perusahaan untuk melakukan transaksi ekspor impor menggunakan yuan. Tak kurang dari Total hingga Saudi Aramco sudah dikejar China.
Beijing, pada Januari 2023, juga melakukan langkah besar untuk semakin menginternasionalkan yuan. China memperpanjang waktu trading untuk yuan hingga pukul 03:00 AM dari sebelumnya 11:30 PM.
Perpanjangan waktu trading memungkinkan investor ataupun trader negara lain bisa melakukan transaksi bisnis dalam yuan untuk waktu yang lebih lama.
Data The Bank for International Settlements menunjukkan yuan menjadi mata uang dengan pertumbuhan trading paling cepat di antara 39 mata uang lainnya.
Setelah perpanjangan waktu trading, rata-rata penggunaan mata uang yuan mencapai US$ 526 miliar per hari. Nilai tersebut naik 70%.
Sebagian besar transaksi melibatkan partner dagang China di luar negeri.
Perpanjangan waktu trading hanyalah sedikit dari upaya China untuk menyaingi dolar AS. Langkah terbesar China untuk menyaingi dolar adalah dengan menghilangkan dolar AS dalam transaksi perdagangan dengan negara lain.
Salah satu kesepakatan terbesar adalah dengan Brasil. Tiongkok dan Brasil sepakat pada akhir Maret 2023.untuk menggunakan yuan dalam perdagangan mereka.
Nilai perdagangan kedua negara menembus US$ 150,5 miliar pada tahun lalu. Dengan kesepakatan tersebut maka ada permintaan dolar yang hilang sebesar US$ 150,5 miliar.
Baca : Covid-19 Naik Lagi di Mana-Mana, Malaysia-Singapura Juga
Jauh sebelum menggelar kesepakatan dengan Brazil, China sudah bekerja sama dengan Rusia mengurangi dolar AS dalam transaksi perdagangan mereka.
Kedua negara sudah mengurangi dolar AS sejak 2018. Langkah tersebut diambil setelah Negara Barat memberi sanksi kepada Rusia atas invasi ke Crimea pada 2014.
Juga, perang dagang AS-China yang membuat China berang karena AS menaikkan tarif impor atas barang-barang China dengan signifikan.