tumkongreler.com – China mengatakan bahwa pihaknya menghormati dan mengakui status negara berdaulat seluruh negara bekas Uni Soviet, Senin (24/4/2023).
Baca : Presiden Korsel ke AS, Minta Bantuan Nuklir Hadapi Korut?
Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah duta besar China untuk Prancis membuat sejumlah negara di Eropa ‘ngamuk’ akibat mempertanyakan kedaulatan negara-negara tersebut.
“China menghormati status negara berdaulat dari republik yang berpartisipasi setelah pembubaran Uni Soviet,” tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dikutip dari AFP, Senin (24/4/2023).
Mao mengatakan, China sepenuhnya menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial semua negara dan menjunjung tinggi tujuan dan prinsip Piagam PBB.
“Setelah runtuhnya Uni Soviet, China adalah salah satu negara pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara terkait,” ujar Mao.
“Sejak menjalin hubungan diplomatik, China selalu berpegang pada prinsip saling menghormati dan kesetaraan untuk mengembangkan hubungan persahabatan dan kerja sama bilateral,” kata Mao.
Sebelumnya, Duta Besar China untuk Prancis, Lu Shaye memicu kehebohan setelah menyatakan bahwa negara-negara yang muncul setelah jatuhnya Uni Soviet tidak memiliki status efektif di bawah hukum internasional. Ini karena tidak ada perjanjian internasional yang menegaskan status mereka sebagai negara berdaulat.
Dilaporkan, pernyataan tersebut tidak hanya merujuk ke Ukraina, tetapi juga ke seluruh bekas Uni Soviet yang muncul sebagai negara merdeka setelah jatuhnya Uni Soviet pada 1991, termasuk anggota Uni Eropa (UE).
Komentar Lu pun sontak memicu gelombang kemarahan di seluruh Eropa dan membuat tiga negara baltik Uni Eropa, yakni Estonia, Latvia, dan Lithuania memanggil perwakilan China untuk menjelaskan pernyataan tersebut.
Bahkan, Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis turut berkomentar melalui akun Twitternya.
Baca : Perang Gak Habis-habis, Rusia Rekrut Lagi Banyak Tentara!
“Jika ada yang masih bertanya-tanya mengapa Negara-negara Baltik tidak mempercayai China untuk ‘memperantarai perdamaian di Ukraina’, inilah duta besar China yang berpendapat bahwa Krimea adalah Rusia dan perbatasan negara kita tidak memiliki dasar hukum,” ucap Landsbergis.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan bahwa pernyataan itu tidak dapat diterima. Namun, ia juga menambahkan bahwa UE hanya dapat menganggap pernyataan itu tidak mewakili kebijakan resmi China.