tumkongreler.com – Gelombang kegelapan pada tahun ini dipastikan bisa dihindari dunia. Pasalnya, negara dengan ekonomi terbesar dunia alias China sudah bangkit dari hantaman pandemi. Seperti diketahui, ekonomi China sempat turun drastis akibat kebijakan Zero-Covid Policy tahun lalu.
Bank Indonesia (BI) dalam bacaan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2023 memperkuat kondisi ini. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 akan lebih baik dari perkiraan awal sebesar 2,6%.
Baca : Heboh PM Malaysia Dapat Kiriman Ganja dari RI, Ini Faktanya
Perry mengungkapkan perbaikan ini dimungkinkan karena adanya dampak positif dari pembukaan ekonomi China dan penurunan disrupsi rantai pasok global.
“Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi global 2023 dapat mencapai 2,6%, sejalan dengan dampak positif pembukaan ekonomi Tiongkok dan penurunan disrupsi suplai global,” paparnya dalam konferensi pers hasil RDG BI, dikutip Jumat (17/3/2023).
“Pertumbuhan ekonomi AS dan Eropa juga lebih baik dari proyeksi sebelumnya dan menurunnya risiko resesi,” lanjutnya.
Adapun, dari kebangkitan ekonomi China, BI menyakini Indonesia akan mendapatkan dampak positif, terutama dari sisi ekspor barang dan jasa.
“Ekspor barang jasa diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya seiring dengan perbaikan prosek global dan reopening ekonomi Tiongkok,” kata Perry.
Dari catatan BI, perkembangan hingga Februari 2023 menunjukkan ekspor nonmigas Indonesia tumbuh tinggi, termasuk dari peningkatan ekspor batu bara, bijih logam, dan CPO ke Tiongkok.
Sebagai catatan, China adalah mesin utama pertumbuhan ekonomi dunia dengan kontribusi mencapai 18,6% terhadap produk domestik bruto (PDB) global pada 2021 yang sebesar US$ 96,3 triliun, mengalahkan Amerika Serikat.
Pada 2023, China menetapkan menetapkan pertumbuhan ekonomi 5%. Sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) China 2022, tumbuh hanya 3%.
Pertumbuhan tersebut adalah yang terburuk dalam beberapa dekade akibat pembatasan ketat Covid-19 selama tiga tahun, krisis di sektor propertinya, tindakan keras terhadap perusahaan swasta serta melemahnya permintaan ekspor untuk China.
Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang menekankan perlunya stabilitas ekonomi dan memperluas konsumsi untuk mencapai target itu. Dia menetapkan tujuan menciptakan sekitar 12 juta pekerjaan perkotaan tahun ini, naik dari target tahun lalu setidaknya 11 juta, dan memperingatkan bahwa risiko sektor real estat tetap ada.
Target pertumbuhan tahunan sekitar 5% berada di ujung bawah ekspektasi. Karena seorang sumber kebijakan belum lama ini mengatakan kisaran setinggi 6% dapat ditetapkan.
Baca : Terungkap! Arab Saudi Punya Bank Gak Syariah, Kok Bisa?
Ini juga di bawah target tahun lalu sekitar 5,5%. “Kita harus memprioritaskan pemulihan dan perluasan konsumsi,” kata Li, dikutip dari Reuters.
“Pendapatan penduduk perkotaan dan pedesaan harus ditingkatkan melalui berbagai saluran. Kita harus menstabilkan pengeluaran untuk barang-barang mahal dan mendorong pemulihan konsumsi layanan konsumen,” tambahnya.