tumkongreler.com – Industri restoran tidak sedang baik-baik saja. Tak hanya di Indonesia, di Amerika Serikat (AS), pengoperasian restoran yang sebelumnya tidak mudah jadi makin lebih sulit akibat pandemi Covid-19.
Pada 2020, pembatasan akibat pandemi Covid-19 menghentikan industri restoran. Beberapa tahun kemudian, bersamaan dengan turunnya kasus Covid, ada tanda-tanda kebangkitan yang signifikan, di mana para pelanggan kembali mengunjungi dan makan di kafe, restoran, hingga tempat makan cepat saji.
Namun, hal tersebut tidaklah cukup. Faktanya, jumlah restoran di AS saat ini masih lebih sedikit dibandingkan 2019.
Baca : Awas Perang Nuklir di Depan Mata, Ini Kode Baru Putin ke NATO
Pada 2022 lalu, ada sekitar 631.000 restoran di AS, menurut data dari Technomic, sebuah perusahaan riset restoran. Jumlah ini 72.000 lebih sedikit dibandingkan 2019, ketika ada 703.000 restoran di Negeri Paman Sam.
Jumlah itu bisa turun lebih jauh tahun ini, menjadi sekitar 630.000 lokasi.
“Narasi sebelum pandemi adalah bahwa kami terlalu jenuh… terlalu banyak restoran yang mengejar, terlalu sedikit dolar konsumen,” kata David Henkes, kepala sekolah senior di Technomic, dikutip CNN International, Senin (27/2/2023).
Memang, sebelum pandemi, jumlah restoran tumbuh antara setengah persen dan satu persen setiap tahun. Henkes menambahkan bahwa penurunan jumlah restoran belum lama ini berfungsi untuk mengatur ulang ukuran pasar.
“Namun, tanpa rintangan itu, penurunan itu kemungkinan akan terjadi lebih lambat,” katanya.
Restoran makan di tempat (dine-in) secara khusus juga berada pada posisi yang kurang menguntungkan karena lebih banyak masyarakat yang beralih pada pesan antar (delivery) dan bawa pulang (takeout).
Dengan inflasi yang masih tinggi, beberapa pelanggan potensial menghindari makan di restoran untuk menghemat uang. Sementara itu, operator restoran melihat biaya mereka sendiri, seperti sewa dan bahan, naik, dan mengatakan sulit mempekerjakan staf.
Menurut Revenue Management Solutions, sebuah konsultan restoran, layanan pengiriman naik 11,4% di restoran fast food dan fast casual pada Januari dibandingkan tahun lalu.
Baca : Bukan IMF, Lembaga Ini Mau Selamatkan Negara Bangkrut di Asia
Lowongan pekerjaan di akomodasi dan layanan makanan bahkan naik 409.000 pada Desember, menjadi peningkatan terbesar berdasarkan sektor untuk bulan tersebut, kata Biro Statistik Tenaga Kerja pada Februari.
Permintaan pekerja menandai perubahan haluan sejak awal pandemi, ketika restoran melepaskan jutaan staf. Beberapa karyawan juga keluar atas kemauan sendiri selama pandemi, takut sakit Covid-19 atau lelah menghadapi kondisi yang melelahkan dan pelanggan yang kasar.