tumkongreler.com- Harga batu bara langsung terbang setelah China dan India memberi sinyal akan memborong batu bara dalam jumlah besar.
Pada perdagangan Selasa (21/2/2023), harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 197 per ton. Harganya terbang 9,75% atau hampir 10% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 13 Februari lalu atau sepakan terakhir. Kenaikan sebesar 9,75% juga menjadi yang terbesar sejak 4 Mei 2022 atau sembilan bulan terakhir.
Penguatan kemarin juga mengakhiri tren negatif batu bara yang sudah melemah dalam tiga hari sebelumnya. Kenaikan harga kemarin juga kembali mendekatkan batu bara ke level psikologis US$ 200 per ton.
Baca : Badai PHK Menggila, Raksasa Konsultan Ini Jadi Korban Terbaru

Lonjakan harga batu bara dipicu oleh sentimen positif dari dua konsumen terbesar di dunia yakni China dan India.
Dikutip dari Reuters, China sudah mulai melipatgandakan pembelian batu bara dari Australia.
Pada Januari 2023, Tiongkok sudah mengizinkan empat perusahaan mengimpor batu bara dari Australia setelah Beijing menghapus embargo.
China sempat menghentikan impor batu bara sejak Oktober 2020 hingga akhir 2022 sebagai protes kepada Australia yang menuduh mereka sebagai penyebab penyebaran Covid-19.
Setelah embargo dibuka, kapal-kapal dari China kembali mendekati Australia. Setidaknya 15 kapal dengan kapasitas muatan 1,4 juta ton sudah bergerak dari Tiongkok ke Australia pada Februari tahun ini.
Sebanyak 1 juta ton batu bara thermal juga sudah dipesan dan siap diangkut ke China.
“Trader mempercepat pembelian batu bara secara signifikan dalam tiga hari terakhir,” tutur trader dari China, dikutip dari Reuters.
Seperti diketahui, sejumlah kapal pengangkut batu bara dari Australia tidak bisa membongkar muatan karena persoalan kepabeanan. Trader masih mengkhawatirkan persoalan tersebut tetapi optimis akan segera dibereskan.
Dibukanya kembali impor dari Australia oleh China akan memperketat persaingan. Pasalnya, Australia sudah menekan kontrak dan membuka pasar baru selama China absen membeli batu bara mereka.
Sebagai catatan, Australia adalah eksportir terbesar untuk batu bara kokas yang biasanya berkalori tinggi. Jenis tersebut banyak digunakan sebagai bahan material idnustri baja,
Australia juga menjadi eksportir terbesar kedua untuk batu bara thermal setelah Indonesia.
Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) memperkirakan ekspor batu bata metalurgi Australia mencapai 166 juta ton pada 2022, Jumlah tersebut setara dengan 54% pasokan global.
Pada 2020, China mengimpor batu bara metalurgi sebesar 34,97 juta ton dari Australia atau 48% dari total.