tumkongreler.com- Indonesia dinilai perlu mengajak investor negara tetangga untuk menggali potensi lithium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)/ Founder National Battery Research Indonesia (NBRI) Prof. Evvy Kartini menilai bahwa Indonesia perlu mengajak negara penghasil lithium terbesar di dunia yakni Australia untuk meneliti lebih dalam terkait seberapa besar potensi lithium yang terdapat di Lumpur Lapindo.
“Saya yakin kalau ini dikaji betul-betul, ada eksplorasi yang mendalam, mungkin menurut saya undang saja negara tadi, mungkin Australia atau dari mana, untuk sharing kemudian bareng-bareng eksplorasi, itu saya kira kemungkinan itu (lithium) Indonesia masih ada,” ungkap Evvy kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Jumat (17/2/2023).
Baca : 7 Rumus Kiamat Isaac Newton, Seperti Apa?
Dia mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa meneliti terlalu mendalam terhadap potensi lithium di Lumpur Lapindo. Evvy mengatakan penelitian potensi lithium di Lumpur Lapindo harus dilakukan dalam skala besar, sehingga harus dilakukan oleh industri yang benar-benar fokus pada penambangan lithium.
“Kalau NBRI itu kan hanya riset, tapi ini mungkin harus industri yang masuk karena itu skala besar. Nggak mungkin peneliti masuk sangat mendalam,” ucapnya.
Sementara itu, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga tengah melakukan pengujian umum terhadap potensi kandungan lithium di lumpur akibat semburan gas dari eks blok migas Lapindo tersebut, yang sempat dikelola grup Bakrie.
Kepala Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM Hariyanto mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya terus melakukan penelitian kandungan lithium di Lumpur Lapindo.
Dia mengatakan bahwa Badan Geologi saat ini tengah melakukan penyelidikan pada mud volcano di Lumpur Lapindo. Selain itu, penelitian juga dilakukan di brine water atau air dengan kandungan garam yang tinggi pada geothermal.
“Untuk lithium tadi memang kami dari Badan Geologi tengah melakukan penyelidikan terkait dengan potensi yang ada di Indonesia. Lithium itu di mana kami melakukan penyelidikan umum di brine water seperti di geothermal, kemudian di brine mud volcano seperti di Lumpur Sidoarjo,” ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam program ‘Mining Zone’, dikutip Rabu (15/2/2023).
Selain itu, Hariyanto juga mengatakan penyelidikan tersebut dilakukan demi membuktikan potensi lithium yang mungkin dikandung di Lumpur Lapindo.
“Misalkan apakah di sana (Lumpur Lapindo) tersedia lithium yang memadai untuk bahan baterai,” ujarnya.
Badan Geologi beberapa waktu lalu mengungkapkan adanya kandungan ‘harta karun super langka’ berupa mineral logam kritis di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Adapun kandungan tersebut berupa lithium dan stronsium.
Oleh sebab itu, dengan adanya sumber bahan baku mineral tersebut, ambisi Indonesia menjadi raja dalam pengembangan baterai kendaraan listrik akan semakin dekat.