tumkongreler.com – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mendorong anak perusahaan pelat merah untuk menggalang dana di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Initial Public Offering (IPO). Setelah Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), rencananya Pertamina Hulu Energi (PHE) juga akan melantai di pasar modal.
Namun Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengungkapkan, pihaknya tengah mengkaji ulang IPO tersebut.
“PHE akan di-review,” kata Pahala saat ditemui di gedung BEI Jakarta, Jumat (24/2).
Baca : Jokowi Sebut FIFA Mau Biayai Bangun Lapangan Sepakbola di IKN
Pihaknya saat ini sedang melakukan diskusi dengan BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait batas minimal porsi saham yang dilepas ke publik. Ia meminta BEI untuk memberikan insentif initial public offering (IPO).
Insentif berupa batas saham IPO. “Memang, selama ini batasan dengan nilai minimum 10% ini harus didiskusikan,” ucapnya.
Pasalnya, menurut Pahala, perusahaan pelat merah pada umumnya memiliki size yang besar. Misalnya, seperti Pertamina Hulu Energy (PHE).
“Perusahaan yang besar seperti PHE atau lainnya, kapitalisasinya 1% saja (saat IPO) sudah di atas nilai tertinggi IPO yang pernah ada,” jelas Pahala.
“Ini nanti ke depan kita perlu diskusi mengenai bagaimana BUMN, anak usaha BUMN atau subholding yang sudah besar, karena kalau kita melihat pelaksanaan IPO adalah untuk membuka diri, transparan, lebih profesional dan melakukan penghimpunan dana untuk bisa melakukan pengembangan ke depan,” sambung Pahala.
Mengingatkan saja, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) baru saja mencatatkan sahamnya di BEI. Anak usaha Pertamina ini sebelumnya menawarkan 10,35 miliar saham atau 25% dari modal ditempatkan dan distetor penuh.
Baca : Dorong Hilirisasi, MIND ID Kejar Progres Smelter Manyar
Harga pelaksanaan Rp 875 per saham. Sehingga PGEO meraup emisi Rp 9,05 triliun.