tumkongreler.com – Bank Dunia tengah berada di bawah tekanan untuk berbuat lebih banyak guna membantu negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim.
Terkait hal itu, Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan pihaknya dapat mengubah pedoman pinjaman internalnya untuk membebaskan kapasitas pinjaman sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 60,4 triliun (kurs Rp 15.100) setiap tahun.
Kepada Reuters Malpass mengatakan perpanjangan tangan Bank Dunia, Bank Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD), dapat melonggarkan rasio ekuitas terhadap pinjaman sebesar satu poin persentase menjadi 19%, sejalan dengan laporan independen yang disiapkan untuk Kelompok 20 (G20) tahun lalu.
Menurunkan rasio ekuitas terhadap pinjaman akan membebaskan lebih banyak sumber daya pada saat meningkatnya tantangan global seperti perang Ukraina, katanya. Dewan diperkirakan akan memutuskan masalah ini dalam pertemuan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) pada April mendatang.
Baca : BI Tahan Suku Bunga, Siap-Siap IHSG Bakal Rebound Nih
Adapun, IBRD pada Desember menaikkan batas pinjaman tahunan berkelanjutannya sebesar US$ 2 miliar, dimulai pada tahun fiskal 2024. Malpass mengatakan mungkin ada ruang untuk perluasan lebih lanjut sebesar 8% dalam total pinjaman IBRD. Plafon pinjamannya untuk tahun fiskal 2022 adalah US$ 37,5 miliar.
Menurut seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut, manajemen bank telah memeriksa pengajuan rasio 19% itu dengan lembaga pemeringkat kredit, dan kemungkinan besar itu adalah hasil dari diskusi yang sedang berlangsung.
Bank Dunia telah lama menentang perubahan aturan kecukupan modalnya, khawatir hal itu akan merusak peringkat kredit AAA. Namun, dua dari tiga lembaga utama tahun lalu mengatakan beberapa perubahan dimungkinkan tanpa merusak peringkat kredit tersebut.
Baca : Duhh… Kabar ‘Panas’ Ekonomi AS Bisa Ganggu Mood Pasar
Dewan bank juga bertemu pada hari Kamis untuk membahas proposal dan opsi lain, kata sumber kedua. “Kami menyadari itu bisa diturunkan dengan cara yang berkelanjutan secara finansial,” kata sumber itu, dilansir Reuters, Jumat (17/2/2023).
Sementara itu Amerika Serikat (AS), pemegang saham terbesar bank tersebut, tidak segera memberikan komentar atas perubahan rasio yang diusulkan, tetapi telah mendorong bank tersebut selama berbulan-bulan untuk mengambil langkah yang lebih berani dan cepat untuk membebaskan sumber daya yang sangat dibutuhkan.
Mengubah rasio bank saat ini adalah salah satu dari banyak rekomendasi yang terkandung dalam laporan independen tahun lalu yang disiapkan untuk G20, yang menyimpulkan bahwa Bank Dunia dan bank pembangunan multilateral lainnya dapat meningkatkan kapasitas pinjaman mereka hingga beberapa ratus miliar dolar dengan mereformasi cara mereka beroperasi.
Kevin Gallagher, yang mengepalai Pusat Kebijakan Pembangunan Global Universitas Boston, mengatakan proposal yang sedang didiskusikan menandai kemajuan setelah bertahun-tahun penolakan oleh Bank Dunia, tetapi perubahan lebih lanjut dan peningkatan modal akan diperlukan.
“Ini adalah langkah penting ke arah yang benar, tetapi hanya US$ 4 miliar dari ratusan miliar dolar yang menurut G20 dapat diulurkan untuk memenuhi tujuan iklim kita bersama,” katanya. “Jika hanya ini yang mereka lakukan, maka itu adalah kegagalan.”