tumkongreler.com – Dewan Energi Nasional (DEN) memperingatkan Indonesia untuk berhati-hati terhadap kondisi ketidakpastian geopolitik dunia, utamanya perang Rusia dan Ukraina yang sampai saat ini tidak kunjung mereda.
Pasalnya, bila perang tak kunjung usai, maka ini dapat menyebabkan lonjakan harga energi dan bahkan bisa memicu kelangkaan sumber energi. Apalagi, lanjutnya, Indonesia masih bergantung pada impor minyak, Bahan Bakar Minyak (BBM), dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto. Dia menyebut, bila perang terus terjadi, maka negara asal impor energi RI bisa saja menghentikan pengapalannya. Sementara Indonesia masih mengandalkan impor dari negara lain untuk pengadaan energi di Tanah Air.
Baca : Lewat Taman Interaksi, Antam Hijaukan Kawasan Kota
“Negara yang ekspor LPG, BBM, dan lainnya, kalau mereka hentikan karena perang berkelanjutan ini, kita akan collapse. Ini tahun politik bahaya sekali akan terjadi kegaduhan luar biasa,” ungkap Djoko dalam acara “Energy & Mining Outlook 2023” CNBC Indonesia di Jakarta, Kamis (23/2/2023).
Dia juga mengungkapkan bahwa akibat dari perang berkepanjangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina bisa menyebabkan negara yang biasanya mengekspor energi, maka mereka bisa saja menghentikan ekspor dan memprioritaskan ketersediaan dan keamanan energi dalam negeri mereka sendiri.
“Kalau perang terus terjadi dan harga meningkat, kita nggak punya pilihan, kita harus beli LPG yang impornya ternyata masih tinggi,” tambahnya.
Dia pun mengingatkan ini pernah terjadi ketika harga komoditas, terutama minyak mentah dunia melonjak pada 2022 akibat meletusnya perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu, subsidi energi RI pun ikut melonjak.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi subsidi energi dan kompensasi membengkak hingga menjadi Rp 551,2 triliun pada 2022. Subsidi tersebut setara dengan 17,9% dari total belanja negara pada tahun lalu.
Realisasi subsidi energi pada 2022 juga menembus 109,7% dari yang direncanakan dalam Perpres 98/2022 yakni Rp 502,4 triliun.
Baca : Peneliti Sukses Ungkap Misteri Babi Ngepet Secara Ilmiah
Realisasi tersebut juga hampir tiga kali lipat dibandingkan pada realisasi tahun 2021 yang tercatat Rp 188,3 triliun. Juga, melonjak tajam dibandingkan pada 2020 (Rp 108,8 triliun) dan 2019 (Rp 144,4 triliun).
Padahal, harga BBM bersubsidi seperti Solar dan Pertalite (RON 90) juga telah dinaikkan menjadi Rp 6.800 dan Rp 10.000 per liter pada 3 September 2022 lalu.
Seperti diketahui, mulanya subsidi energi dan kompensasi pada APBN 2022 ditetapkan sebesar Rp 152 triliun. Namun, pemerintah pada Mei 2022 akhirnya memutuskan untuk menaikkan subsidi energi dan kompensasinya untuk memitigasi dampak lonjakan energi.