tumkongreler.com – Harga batu bara ambruk pekan lalu. Harga pasir hitam juga diproyeksi masih sulit melonjak pada pekan ini karena belum ada faktor pendobrak harga.
India diharapkan bisa menolong harga batu bara pada pekan ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi Negara Sungai Gangga.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (19/5/2023), harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 159,35 per ton. Harganya naik 3,47%.
Namun, secara keseluruhan, harga batu bara ambruk 2,24% sepekan. Artinya, harga batu bara sudah melandai dalam empat pekan beruntun.
Baca : BBRI All Time High, BlackRock-Vanguard-JPMorgan Akumulasi
Harga batu bara juga sudah ambruk 13,93% sebulan dan jeblok 59,1% sepanjang tahun ini.
Harga batu bara juga diproyeksi masih akan bergerak melandai pada pekan ini. Sejumlah data menunjukkan pasar batu bara akan menghadapi jalan terjal pada pekan ini.
Di antaranya adalah kenaikan produksi batu bara dari China serta ambruknya permintaan dari Eropa. Namun, perkembangan di India bisa menjadi katalis positif bagi batu bara.
Impor dari India terus meningkat meskipun produksi batu bara mereka juga melonjak tajam.
Impor batu bara India menembus 254 juta ton pada tahun fiskal 2022/2023. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan pada 2021/2022 yang tercatat 208,9 juta ton.
Impor batu bara kokas turun 1,9% (year on year/yoy) menjadi 56,1 juta ton pada tahun fiskal 2022/2023. Namun, impor batu bara kokas diprediksi naik sejalan dengan meningkatnya industri baja.
Baca : Faisal Basri Ngaku Pernah ke Rumah Luhut untuk Kasih Teguran
Impor diproyeksi akan meningkat karena konsumsi listrik diperkirakan melonjak dua kali lipat pada beberapa bulan ke depan.
Kebutuhan listrik di India diperkirakan akan mencapai puncak pada Juni tahun ini hingga menembus 229 giga watt (GW). Naik dibandingkan Juni pada tahun sebelumnya menjadi 215GW.
India sebenarnya sudah menaikkan produksi batu bara pada tahun ini tetapi tidak cukup menutupi kebutuhan.
Produksi batu bara mencapai 893,08 juta ton pada 2022/2023. Melonjak 22,6% dibandingkan lima tahun lalu. Produksi batu bara diproyeksi naik 1,012 miliar ton pada 2023/2024.
Baca : Timnas Indonesia Dipuji Netizen Kamboja, Ternyata Karena Ini
Sebaliknya, China belum memberi kabar baik.
China memang melaporkan permintaan listrik mereka sudah naik pada tahun ini. Produksi listrik China pada Januari-April 2023 naik 4,9% (year on year/yoy) menjadi 128 miliar kilowatt-hours (kWh).
Pembangkit batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 83 miliar kWh.
Namun, share pembangkit batu bara kepada total produksi listrik turun menjadi 71% pada Januari-April 2023 dari 79% pada periode sama 2014.
Tiongkok juga terus meningkatkan produksi batu bara mereka untuk menekan impor. Kondisi ini akan membuat pasokan global menumpuk sehingga harga bisa terus.
Produksi batu bara China naik 4,5% menjadi 380 juta ton pada April 2023. Secara kumulatif, produksi batu bara China melonjak 4,8% pada Januari-April 2023 menjadi 1,53 miliar ton.
Impor China sebenarnya melonjak 88,8% pada Januari-April 2023 menjadi 140 juta ton.
Namun, lonjakan impor diprediksi sulit terulang karena produksi dalam negeri yang terus meningkat serta aktivitas industri yang masih adem.
Cuaca di sejumlah wilayah China juga diperkirakan tidak akan sepanas pada musim panas lalu sehingga penggunaan listrik akan berkurang.
Baca : Pak Luhut, Sebaiknya Lakukan Ini Jika Tak Terima Kritik Anies
Penurunan produksi listrik pembangkit batu bara juga dilaporkan Jerman. Produksi listrik dari pembangkit batu bara di Jerman anjlok 19% (month to month/mtm) ke 375 giga watt hours (gWh)
Permintaan diperkirakan akan terus melandai karena ini musim semi seperti saat ini adalah periode di mana permintaan listrik akan rendah.
Penurunan produksi listrik batu bara salah satunya karena murahnya harga gas. Harga gas alam Eropa sudah jatuh hampir 8% dalam sepekan terakhir.
Dengan makin banyaknya produksi ke gas maka pasokan batu bara pun menumpuk.
Pasokan batu bara di Pelabuhan ARA (Amsterdam, Rotterdam, Antwerp) ada di angka 6 juta ton pada pekan lalu, meningkat 39% dari periode yang sama tahun lalu.
Jepang dan Korea Selatan pun sudah mulai mengurangi impor batu bara.
Impor batu bara Korea Selatan ambruk 21,8% (month to month/mtm) pada April menjadi 8,39 juta ton. Impor batu bara jenis thermal anjlok 19,9% (mtm) dan jeblok 22 % (yoy) menjadi 6,2 juta ton pada April.
Impor batu bara metalurgi turun 26,4% (mtm) menjadi 2,23 juta ton pada April tahun ini.
Impor dari Jepang juga ambles. Secara keseluruhan, impor batu bara Jepang turun 1,6% (yoy) menjadi 13,23 juta ton. Impor batu bara jenis thermal anjlok 10,8% (yoy) menjadi 7,28 juta ton.