tumkongreler.com- Harga batu bara terperosok sangat dalam pekan lalu. Harga pasir hitam pun diperkirakan masih loyo pekan ini.
Pada Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (14/4/2023), harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 181 per ton. Harganya anjlok 4,86%.
Harga penutupan tersebut adalah yang terendah sejak 21 Maret 2023.
Dalam sepekan, harga batu bara anjlok 10,95%. Hal ini berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi pada tiga pekan sebelumnya.
Baca : Ramai-Ramai Negara Mulai Menjauhi AS, Ada Apa?

Harga batu bara diperkirakan masih lemah pekan ini karena sejumlah faktor. Di antaranya permintaan China yang melandai.
Dikutip dari China Daily, impor batu bara China pada kuartal I-2023 mencapai 101,8 juta, melonjak 96% dibandingkan periode yang sama.
Secara nilai, impor melesat 77% menjadi US$ 13,68 miliar.
Selama Maret saja, impor batu bara China menembus 41,17 juta ton, melesat 151%. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sejak Januari 2020 atau pra-pandemi.
Lonjakan impor disebabkan oleh meningkatnya permintaan, terutama ke Australia. Setelah emargo impor dibuka, pengusaha Tiongkok ramai-ramai membeli batu bara dari Australia.
Pembukaan perbatasan serta pelonggaran kebijakan Covid-19 juga membuat permintaan naik.
Lin Boqiang, Kepala Institute for Studies in Energy Policy at Xiamen University, mengatakan aktivitas ekonomi China mungkin tetap naik pada kuartal II-2023.
Namun, impor batu bara justru diproyeksi menurun.
Secara tahunan, impor batu bara pada kuartal I-2023 melonjak karena basis perhitungan yang rendah.
Perang Rusia-Ukraina yang baru meletus serta larangan ekspor Indonesia membuat impor batu bara Tiongok pada kuartal I-20233 turun tejam ke level terendahnya dalam tujuh tahun.
Zhang Mohan, analis CITIC Futures, mengataan lonjakan harga batu bara membuat trader dan pengusaha menahan impor pada Januari-Maret tahun lalu.
Harga batu bara sudah melandai pada tahun ini sehingga impor melonjak.
Aktivitas industri baja juga sudah mulai menggeliat. Pengiriman bijih baja pada Maret melonjak 14% menjadi 94,17 juta ton.
Namun, permintaan batu bara sulit naik ke depan. Musim dingin di sejumlah utara China sudah berakhir sementara musim panas masih lama.
Kondisi ini akan membuat permintaan listrik dan batu bara sebagai sumber pembangkit melemah.
Impor dari China juga diproyeksi dalam tren melemah karena pemerintah China tengah meningkatkan penggunaan energi batu terbarukan ((EBT).
Liang Changxin, juru bicara National Energy Administration China, memperkirakan kebutuhan listrik Tiongkok pada tahun ini diperkirakan menembus 1,36 miliar kilowatts (KWh) pada tahun ini.
Meskipun permintaan naik tetapi China sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengamankan pasokan di pembangkit. Salah satunya adalah dengan meningkatkan produksi batu bara dalam negeri.
Permintaan dari pasar Eropa juga diproyeksi masih lemah. Ambruknya harga gas bisa terus menekan harga batu bara pekan ini.
Batu bara merupakan sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi. Dengan terus melemahnya harga gas maka negara-negara Eropa lebih memilih menggunakan gas dari pada batu bara.
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) turun 2,7% sehari dan menjadi 41,5 euro per mega-watt hour (MWh) pada Kamis kemarin.